Kisah Inspiratif Petani Sukses dari Desa Belang Turi

Jumat, 13 Desember 2024 02:13 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Hubertus Cupung menjelaskan cara budidaya tomat kepada para petani yang datang belajar ke kebunya
Iklan

Kisah inspiratif Hubertus Cupung menjadi contoh nyata bahwa kerja keras, inovasi, kerja dengan kalkulasi,membangun relasi bisnis, menjaga kepercayaan dan komitmen dapat mengubah kehidupan keluarga petani di Manggarai, kesejahteraan pasti meningkat.

Kampung Maras, Desa Belang Turi, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, menjadi saksi bisu kesuksesan seorang petani yang inspiratif. Hubertus Cupung, pria berusia 55 tahun, telah membuktikan bahwa kerja keras dan inovasi di bidang pertanian hortikultura dapat mengubah kehidupan keluarganya. Kisah hidup  dari nol yang sungguh berarti ini didapat ketika Mahasiswa Program Studi Pertanian Universitas Katolik Santu Paulus Ruteng lejong (diskusi) dengan Hubertus Cupung pada pertengahan Nopember 2024 di rumahnya di Maras.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program magang mahasiswa dalam kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), hasil kerja sama antara Program Studi Pertanian Universitas Katolik (Unika) Santu Paulus Ruteng dengan Yayasan Ayo Indonesia. Program ini melibatkan lima mahasiswa tingkat empat, yaitu Renaldo Dekaprio Teto,Agustinus Armando Medan,Maria Asumta Keli Jemahi,Plasedia Mektilde Tandang dan Claudio Putra Yomaisu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai salah satu dari 7.372 petani agrobisnis di Manggarai (BPS 2023), Hubertus menunjukkan dedikasi dan komitmen tinggi dalam mengembangkan usaha sayuran di desanya. Dia menjalankan usahanya secara konsisten bersama isteri dan mengikutsertakan anak-anak mereka dalam proses pengadaan pupuk organik saat liburan sekolah.

Usaha sayuran yang dibangun sejak tahun 2008 ini telah membuahkan hasil yang luar biasa. Ketiga anak mereka berhasil menamatkan perguruan tinggi berkat penghasilan dari usaha ini.

Hubertus menerapkan teknik budidaya modern di lahan 2.100 meter persegi untuk menjamin produksi yang tinggi dengan kualitas baik. Beberapa teknik yang digunakan adalah: Pemanfaatan pupuk organik, Pemilihan benih sayuran varietas unggul, Penggunaan cultivator untuk olah lahan, Penggunaan plastic mulsa dan Pemanfaatan arang sekam untuk menjaga kesuburan tanah dan menghemat penggunaan air.

"Arang sekam merupakan media tanam yang baik untuk digunakan pada musim hujan guna mencegah kerusakan tanah akibat limpahan air hujan yang jatuh di lahan dan menjaga stabilitas air dalam tanah," jelas Hubertus.

Buah dari kerja keras dan ketekunan serta penerapan tata kelola usaha yang baik, setiap tahun omset penjualan aneka jenis sayuran mencapai Rp80 juta. Penghasilan ini digunakan untuk: membangun rumah, menyekolahkan anak-anak hingga mendapatkan gelar sarjana dan  memenuhi kebutuhan sembako.

Sejarah singkat tentang Hubertus Cupeng memulai usaha tani.

Sebelum memutuskan untuk menjalankan agribsinis Hubertus sebelumnya bekerja sebagai pengakut semen (Buruh Pelabuhan) di pelabuhan di Labuan Bajo, satu pekerjaan yang penuh resiko. Pekerjaan ini telah dijalaninya bertahun-tahun.

Keputusanya berubah untuk beralih profesi dari buruh pelabuhan menjadi petani sayuran ketika mengikuti pelatihan motivatif di kampung Rentung, desa Belang Turi pada tahun 2008 yang difasilitasi oleh Rikhardus Roden, Staf Yayasan Ayo Indonesia. Pada pelatihan itu, ungkap Hubertus, Rikhard menjelaskan tentang peluang usaha sayuran di Ruteng dan Labuan bajo. Permintaan sayuran untuk memenuhi kebutuhan dari para wisatawan kala itu sangat tinggi sementara suplainya kurang.“Namun yang paling penting, kata Rikard kepada para peserta pelatihan bahwa petani harus menghitung terlebih dahulu semua pengeluaran wajib keluarganya dalam setahun kemudian membandingkannya dengan pendapatan. Dengan cara seperti ini kita bisa memutuskan luasan lahan yang dibutuhkan untuk agrobisnis dan omset yang harus dicapai”ungkap Hubertus dengan penuh semangat.

Paska pelatihan itu, cerita Hubertus, Yayasan Ayo Indonesia kemudian mengajaknya untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan di Ende. “Pernyaataan menarik dari salah satu narasumber ketika itu bahwa masalah adalah peluang. Masalah kekurangan suplai sayuran di Manggarai harus dipandang sebagai peluang bagi petani,”ujarnya.

Cara Yayasan Ayo Indonesia mengubah  pola pikir  petani seperti saya, lanjutnya, dinilai berbeda dan memotivasi dimana bersama beberapa petani belajar ke Bali untuk lejong (berdiskusi) dengan petani yang telah sukses beragrobisinis. Pada kesempatan lain kami belajar di Bima untuk mengetahui tata kelola usaha sayuran yang diterapkan oleh para petani di sana.

Lebih lanjut Hubertus menjelaskan bahwa dari pengalaman belajar di tempat lain yang menerapkan pendekatan lejong dengan petani sukses kemudian mendorongnya untuk fokus agribisnis sayuran hingga saat ini, memanfaatkan lahan berukuran kurang lebih 4 are di depan dan samping kiri rumahnya serta di Wae Palo berukuran 2100m2. Di atas lahan seluas ini ditanami tomat, cabe keriting, jagung purut, dan sukini. Biaya Produksi terbilang cukup besar 2 tahun lalu, guna mempekerjakan  8 orang untuk pengolahan lahan, pembuatan bedeng, pemasangan plastic mulsa, ajir, dan panen.  Namun pada 2 tahun terakhir biaya kerja semakin berkurang, karena untuk pengolahan lahan telah menggunakan cultivator bantuan dinas pertanian kabupaten Manggarai.

Pupuk yang digunakan sebagai sarana produksi pada lahan usahanya adalah pupuk organik dan arang sekam. Pemberian saprodi ini dengan dosis yang tepat khusus pada tomat varitas servo menurut pengalaman Huber dapat menghasilkan tomat berkisar 3 kg-5 kg per pohon.

Sayuran ini dijual di Pasar Cancar, Inpres Ruteng dan Labuan Bajo. Sedangkan untuk sayuran jenis sukini disediakan bagi pelanggan tetap di Labuan Bajo yang telah loyal bekerjasama dengannya. Sejauh ini, Huber mengaku tidak mengalami kesulitan untuk memasarkan produknya ke 3 pasar tadi sebab sudah memiliki pembeli yang telah lama menjadi sahabat bisnisnya.

 “Dalam bisnis sebaiknya kita  menjaga kepercayaan dari para pelanggan tetap, harus loyal dengan kesepakatan bersama mereka, misalnya, ada pembeli bukan pelanggan kita yang menawarkan harga tinggi, kita tidak boleh terpengaruh sebab sudah terbangun komitmen dengan pelanggan tetap tadi, baik yang di 3 Pasar maupun hotel di Labuan Bajo,”pesan Hubertus.

Kisah inspiratif Hubertus Cupung menjadi contoh nyata bahwa kerja keras, inovasi, kerja dengan kalkulasi,membangun relasi bisnis, menjaga kepercayaan dan komitmen dapat mengubah kehidupan keluarga petani di Manggarai, kesejahteraan pasti meningkat.

 

Kontributor : Rikhardus Roden/Nita Tandang

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler